Senin, 16 November 2009

Petani Resah, Pupuk Langka


SAROLANGUN- Keresahan petani di Kecamatan Pelawan kian tak terbendung. Keberadaan pupuk subsidi yang biasa dijual kini menjadi barang langka. Petani kesulitan mendapat pupuk dengan biaya lebih ringan itu. Di Singkut VIII, misalnya, petani yang menginginkan pupuk bersubsidi harus merogoh uang hingga Rp 100 ribu demi mendapat pupuk urea setiap karung.

”Kami benar-benar kesulitan mendapatkan pupuk urea yang bersubsidi,” ujar Udin, petani Desa Mekar Sari, Kecamatan Pelawan. Menurut dia, dengan biaya Rp 100 ribu ditambah ongkos mengangkut, maka petani sangat dibebankan. Beberapa bulan lalu, kata dia, pupuk bersubsidi untuk jenis urea masih bisa diperoleh dengan harga Rp 80 ribu. Namun, kini itu tak ada lagi.

“Kami sangat berharap Pemerintah Kabupaten Sarolangun dapat memantau para distributor pupuk bersubsidi. Apakah pupuk tersebut benar-benar disalurkan kepada petani, atau ke tempat lain,” katanya. Menurut Udin, selama ini masyarakat hanya mendengar kabar jika pupuk tersebut tidak tepat sasaran.

“Kami juga sebagai anggota kelompok tani juga sangat membutuhkan pupuk, karena sudah beberapa bulan kebun karet yang kami miliki tidak dipupuk,” katanya.

Udin menceritakan, sejak kelangkaan pupuk dan melambungnya harga, produksi komoditi pertanian mereka juga menurun. Kebun karet yang biasa berproduksi 400 kg per bulan untuk setiap hektar, kini hanya 200 kg. “Caba bayangkan sendiri, kebun yang biasa kita beri makan dengan yang tidak kita beri makan jelas sekali penghasilan kami menurun,” tuturnya.

Dia berharap Pemkab Sarolangun dapat serius untuk membantu petani dalam menyalurkan pupuk bersubsidi, sehingga mereka bisa dengan mudah mengelola potensi perkebunan yang dimiliki. (si)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar